Minyak jelantah yang sering dianggap limbah rumah tangga ternyata menyimpan potensi besar sebagai sumber energi terbarukan. Berdasarkan data Traction Energy Asia, Indonesia menghasilkan sekitar 933.200 kilo liter minyak jelantah setiap tahun. Tanpa pengelolaan, limbah ini dapat mencemari lingkungan, namun jika diolah, bisa menjadi bahan bakar berkelanjutan.
Melalui inovasinya, Pertamina berhasil mengubah minyak jelantah menjadi Sustainable Aviation Fuel (SAF), bioavtur ramah lingkungan yang mampu mengurangi emisi karbon hingga lebih dari 80% dibandingkan avtur konvensional. Pada Agustus lalu, Pertamina memproduksi SAF pertama di Indonesia sekaligus Asia Tenggara melalui Kilang Cilacap. Produk ini, PertaminaSAF, telah meraih sertifikasi internasional ISCC dan RSB sebagai jaminan standar keberlanjutan global.
Program ini tidak hanya mengurangi pencemaran lingkungan, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru. SAF dapat dimanfaatkan untuk penerbangan ramah lingkungan, sementara pengumpulan dan pengolahan minyak jelantah menciptakan lapangan kerja baru. Dukungan pemerintah, kolaborasi dengan komunitas lokal, serta kerja sama dengan lembaga penelitian menjadi kunci keberhasilan inovasi ini. Ke depan, Pertamina berencana memperluas program ini agar pengelolaan limbah jelantah menjadi energi berkelanjutan dapat diterapkan lebih luas di seluruh Indonesia.