Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa nilai impor minyak dan gas (migas) Indonesia mencapai US$2,63 miliar atau sekitar Rp43,92 triliun pada September 2025. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 4,29% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar US$2,52 miliar. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh lonjakan belanja minyak mentah dan hasil minyak.
Menurut data BPS, impor minyak mentah mengalami peningkatan 4,44% menjadi US$1,01 miliar pada September 2025. Sementara itu, impor hasil minyak juga naik 4,23% mencapai US$1,71 miliar. Meskipun ada peningkatan pada bulan September, secara keseluruhan nilai impor migas dari Januari hingga September 2025 mengalami penurunan 11,21% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dengan total nilai US$23,74 miliar.
Di sisi lain, ekspor migas Indonesia mengalami penurunan 14,09% menjadi US$10,03 miliar sepanjang Januari-September 2025. Penurunan ini disebabkan oleh koreksi ekspor minyak mentah sebesar 28,06% menjadi US$1,19 miliar dan penurunan ekspor hasil minyak sebesar 3,17% ke level US$3,3 miliar. Ekspor gas alam juga melemah 16,22% menjadi US$5,52 miliar.
Peningkatan impor migas ini didorong oleh meningkatnya permintaan bahan bakar minyak (BBM) di pasar domestik, yang menyebabkan stok bensin di jaringan SPBU swasta menipis. Pemerintah telah mempersingkat durasi izin impor BBM oleh badan usaha (BU) swasta menjadi 6 bulan dari biasanya 1 tahun, dengan kuota impor 2025 yang lebih tinggi 10% dari realisasi tahun lalu.
Saat realisasi impor terpenuhi lebih cepat akibat tingginya permintaan, Kementerian ESDM menolak memberikan tambahan rekomendasi kuota impor, menyebabkan gangguan pasokan di jaringan SPBU swasta. Untuk mengatasi masalah ini, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia memutuskan agar pemenuhan kebutuhan BBM untuk SPBU swasta dilakukan oleh Pertamina melalui impor dalam format base fuel, atau BBM dasaran tanpa campuran bahan aditif.
Pertamina Patra Niaga telah mengimpor 200.000 barel BBM dasaran melalui dua kali pembelian. BBM dasaran ini direncanakan akan disalurkan ke sejumlah operator SPBU swasta untuk mengatasi kelangkaan bensin. PT Aneka Petroindo Raya (APR), operator SPBU BP-AKR, telah menyerap 100.000 barel BBM dasaran dari Pertamina Patra Niaga.
Roberth MV Dumatubun, Pj. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, mengonfirmasi bahwa impor 100.000 barel BBM dasaran ini merupakan hasil pengadaan khusus antara Pertamina dan APR. “Ya betul sejumlah 100.000 barel MB yang didatangkan melalui impor dengan pengadaan khusus antara Pertamina dengan APR,” ujarnya saat dimintai konfirmasi.
Kenaikan impor migas Indonesia pada September 2025 mencerminkan tantangan dalam memenuhi permintaan domestik yang meningkat. Dengan strategi impor base fuel oleh Pertamina, diharapkan dapat mengatasi kelangkaan pasokan BBM di SPBU swasta. Langkah ini menunjukkan upaya pemerintah dan Pertamina dalam menjaga stabilitas pasokan energi di tengah dinamika pasar migas global.
