Kajian kelayakan investasi yang dilakukan oleh BPI Danantara untuk proyek gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) dan pengembangan kilang minyak diperkirakan akan segera terbit. Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ahmad Erani Yustika, mengungkapkan bahwa Danantara menjanjikan penyelesaian kajian tersebut pada akhir Oktober 2025.
Proyek ini merupakan bagian dari 18 proyek hilirisasi yang diajukan oleh Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional kepada BPI Danantara pada akhir Juli 2025. “Kami menunggu kepastian informasi dari Danantara karena mereka yang mengerjakannya. Mungkin benar karena mereka berjanji akhir Oktober,” ujar Erani di Jakarta, Jumat (31/10/2025).
Erani menegaskan bahwa kementeriannya masih menantikan hasil akhir dari kajian yang disusun oleh BPI Danantara. Menurutnya, kajian kelayakan investasi ini sangat penting untuk kelanjutan proyek prioritas hilirisasi yang didorong oleh Satgas Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional. Kajian ini akan menentukan lokasi proyek, penunjukan operator pelaksana, serta instrumen pembiayaan proyek.
“Itu bisa diteruskan untuk proses selanjutnya. Untuk groundbreaking, karena itu nanti penentuan lokasi juga kan. Ditambah lagi dengan siapa yang ditunjuk untuk mengerjakan masing-masing proyek itu,” jelas Erani.
Sebelumnya, CEO BPI Danantara, Rosan Perkasa Roeslani, menyatakan bahwa lembaganya tengah mematangkan feasibility study (FS) untuk sejumlah proyek yang diajukan oleh Satgas Hilirisasi. Fokusnya adalah pada koreksi dan penyesuaian asumsi yang ada. “Itu sudah berjalan dan beberapa juga sudah duduk dengan Kementerian ESDM untuk kita fine tuning lagi, karena ada beberapa mungkin yang koreksinya kita mesti duduk bersama, asumsinya seperti apa,” kata Rosan.
Rosan juga memastikan bahwa studi kelayakan untuk proyek kilang modular dengan kapasitas total 1 juta barel masih terus dikebut. Komunikasi dan sinergi dengan Kementerian ESDM diklaim berjalan intensif.
Dari perspektif ESDM, urgensi proyek kilang dan storage menjadi prioritas nasional untuk memperkuat cadangan minyak mentah (BBM). “Intinya begini, intinya kita itu kan memang membutuhkan penguatan ketahanan energi kita, termasuk dalam hal ini minyak yang BBM. Selama ini kan rata-rata kurang lebih kan 20 hari, 21 hari. Dan pemerintah, Bapak Presiden kan meminta itu dinaikkan,” ujar Erani.
Oleh sebab itu, Satgas Hilirisasi merencanakan investasi terintegrasi, baik untuk kilang maupun tangki penyimpanan serta pengolahan. “Private-nya sudah kita serahkan kepada Danantara. Itu untuk memastikan agar ketahanan energi kita itu makin meningkat untuk BBM-nya,” tegas Erani.
Erani juga membuka peluang bagi PT Pertamina (Persero) untuk terlibat dalam proyek ini, di mana Danantara bisa saja menunjuk BUMN migas tersebut sebagai pelaksana. Dengan berbagai langkah yang diambil, diharapkan proyek ini dapat berjalan lancar dan memberikan kontribusi signifikan terhadap ketahanan energi nasional.
